Domo-kun Cute Nanda Verafa Blog: Nyi Ageng Serang - Nanda Verafa Blog

Senin, 13 Juli 2015

Nyi Ageng Serang - Nanda Verafa Blog

Mungkin banyak yang belum tahu tentang sejarah hidup perjuangan Nyi Ageng Serang. Tidak banyak referensi yang menceritakan tentang hidup dan perjuangan Nyi Ageng Serang. Nyi Ageng Serang memang kalah tenar di banding dengan pahlawan nasional wanita lainnya seperti Tjut Nya’ Dien dan Raden Ajeng Kartini.

Nyi Ageng Serang dilahirkan di desa Serang (terletak 40 km sebelah utara Solo dekat Purwodadi, Jawa Tengah ) pada tahun 1752 dengan nama R.A Kustiah Wulangningsih Retno Edi . Ayahnya bernama Panembahan Senopati Notoprojo yang ahli di bidang Keprajuritan. Beliau adalah pengikut setia Pangeran Mangkubumi atau Sultan Hamngkubuwono II, pendiri Kerajaan Mataram Islam. Lahir dalam lingkungan bangsawan dan patriotik membuat Nyi Ageng Serang sejak kecil memiliki rasa nasionalisme yang tinggi.Dengan pendidikan di kraton maka kepribadiandan pengetahuan beliau berkembang dengan pesat. Beliau tumbuh menjadi seorang yang luwes,cerdik, pandai, dan juga berwatak keras.

R.A Kustiah Wulangningsih Retno Edi memilih tinggal di bumi Serang setelah menikah dengan Sultan Hamengku Buwono II. . Setelah tinggal disana, masyarakat memanggil beliau dengan nama Bendoro Ayu Nyi Ageng Serang. Di bumi Serang itulah beliau selalu menyebarkan bibit-bibit nasionalisme dengan selalu membakar semangat melawan penjajah.

Pernyataan perang terhadap Belanda karena rencana Belanda yang akan membangun jalan raya di dekat Tegal rejo, tentu saja mendapat dukungan sepenuhnya dari Nyi Ageng Serang dengan Laskar Semut Irengnya. Nyi Ageng Serang dengan laskarnya ikut berperang melawan penjajah Belanda.

Selama perang tersebut Nyi Ageng Serang menggunakan taktik kamuflase daun keladi atau daun lumbu. Daun lumbu wajib di bawa oleh setiap prajurit dan rakyat yang ikut berperang yang nantinya di gunakan sebagai payung ataupun bersembunyi. Dengan daun itu Nyi Agen Serang memerintahkan pasukannya melindungi kepalanya untuk penyamaran sehingga tampak seperti kebun tanaman keladi jika di lihat dari kejauhan. Musuh akan di serang dan di hancurkan bila sudah dekat dan dalam jarak sasaran.
Nyi Ageng Serang oleh Pangeran Diponegoro dianggap sesepuh dan ahli/penasehat strategi perang. Nyi Ageng Serang bersama Pangeran Diponegoro selain meningkatkan taktik daun keladi/lumbu juga membentuk pasukan khusus berani mati yang dinamakan pasukan Sesabet.

Pertempuran demi pertempuran di menangkan oleh Nyi Ageng Serang. Tetapi sekali lagi,yang membuat sangat sedih adalah membunuh bangsanya sendiri, sedangkan pasukan Belanda berada di belakang mereka.
Pada akhir tahun 1830, Nyi Ageng Serang sudah berusia lanjut. Atas permintaan kraton serta bujuk rayu abdi terdekatnya akhirnya Nyi Ageng Serang bersedia untuk kembali ke kota. Beliau lalu bertempat di Notoprajan. Tidak banyak kegiatan yang dilakukan Nyi Ageng Serang di sana, terlebih ketika mendengar bahwa Pangeran Diponegoro berhasil di tangkap oleh Belanda di Magelang dengan menggunakan tipu muslihat yang sangat licik.

Pada tahun 1833 di senja hari, Nyi Ageng Serang akhirnya wafat. Beliau dimakamkan di dusun Beku, Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo (sekarang ).

Nyi Ageng Serang meninggalkan banyak contoh. Semangat pengabdian, meninggalkan kemewahan demi perjuangan untuk membebaskan bangsa dari penjajahan.

Untuk menghormatinya perjuangan beliau di buatlah monumen patung Nyi Ageng Serang yang bertengger di pusat perlimaan jalan utama Kulon Progo. Patung Nyi Ageng Serang sedang menaiki kuda dengan membawa bendera di tangannya.


Semoga pemimpin saat ini bisa mencontoh semangatnya, walau dalam konteks yang berbeda.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar